Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jatim, Indonesia
maju terus untuk teknologi dan ilmu pengetahuan

Selasa, 16 September 2008

RAMADHAN BULAN SHOLIDARITAS

Dalam khutbah yang panjang menjelang masuk bulan Ramadhan, Rasulullah saw menyampaikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan solidaritas dan peduli, seperti petikan sabdanya:
وَ شَهْرُ الْمُوَاسَاةِ
(Bulan Ramadhan) adalah bulan muwasat; yaitu bulan solidaritas dan peduli
Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Solidaritas salah satu bagian dari nilai Islam yang humanistik-transendental. Wacana solidaritas bersipat kemanusiaan dan mengandung nilai adiluhung, tidaklah aneh kalau solidaritas ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi !. Memang mudah mengucapkan kata solidaritas tetapi kenyataannya dalam kehidupan manusia sangat jauh sekali.
Dan Perjuangan solidaritas ala Islam merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan ketakwaan dan keshalehan sosial. Di alam yang serba komplek ini untuk menuju tangga ketakwaan (solidaritas) memang membutuhkan perjuangan yang tidak remeh karena berkaitan dengan hati dan kesiapan. Tapi tidaklah kita memperhatikan teladan nabi Muhammad SAW dan sebagian para sahabat nabi yang dijamin masuk surga, mereka melakukan amalan-amalan yang terpuji karena mengharap ridha Allah SWT?..
Dan keshalehan sosial ini bisa diukur dengan parameter orang bersangkutan berbuat amal shaleh dan proyek kebaikan lainnya. Karena iman dan amal menjadi mata rantai yang harus sinergis, oleh karena itu keduanya tampil menjadi mainstream dalam sebuah perubahan sosial. Akan sulit kiranya, sebuah perubahan jika iman hanya disandarkan pada keshalehan vertikal (mahdhah) tanpa dibarengi dengan keshalehan sosial (amal shleh) yang lebih memihak kepada persoalan kemanusiaan.
Nilai kebaikan solidaritas dalam Al-Quran berbunyi:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2).
Inilah pondasi nilai Islam yang merupakan sistem sosial, dimana dengannya martabat manusia terjaga, begitu juga akan mendatangkan kebaikan bagi pribadi, masyarakat dan kemanusiaan tanpa membedakan suku, bahasa dan agama.
Solidaritas juga tercermin dalam Hadits dari Sufyan bin Uyaynah:
أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِوَأَشَارَ سُفْيَانُ بِإِصْبَعَيْهِ
“Bahwa Rasulullah saw bersabda: “Saya (Rasulullah saw) dan pengayom, pelindung anak yatim atau kepada yang lainnya di surga seperti dua ini, lalu Sufyan melakukan isyarat seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan tengah” (At-Thabrani).
Maksudnya orang yang suka memberikan pertolongan kepada anak yatim, nanti di surga akan berdekatan dengan Rasulullah SAW, seperti jari telunjuk dan tengah. Dalam Hadis lain dijelaskan juga (solidaritas) selain kepada anak yatim.
Bagi yang mampu melakukan aksi solidaritas tetapi tidak melaksanakannya, maka orang tersebut telah mendustakan agama seperti terungkap dalam firman Allah SWT :
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ. فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ. وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ. فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ . وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ?. Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan barang berguna (tolong menolong)”. (Al-Ma’uun : 1-7).
Dalam hal solidaritas juga, Rasululllah SAW telah membuat ilustrasi yang bagus sekali :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mumin dalam cinta dan kasih sayangnya seperti badan manusia, apabila salah satu anggota badan sakit maka seluruh anggota badan merasakannya”. (Al-Bukhari).
Dalam redaksi lain ada tambahan yang berbunyi :
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ، مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah akan menolong seseorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya”. (Bukhari)
Solidaritas tidak hanya dalam perkara benda saja tetapi meliputi kasih sayang, perhatian, dan kebaikan lainnya. Agama Islam sangat menganjurkan pada solidaritas kebersamaan dan sangat anti yang berbau perpecahan, menghembuskan sifat permusuhan di masyarakat. Karena titik kekuatan suatu komunitas atau negara terletak pada solidaritas kebersamaan dan persatuan.
Semoga kita bisa mengimplementasikan keshalehan sosial ini dalam kehidupan kita sehari hari, dan menjaganya sehingga menjadikan cermin yang baik terhadap kehidupan sosial disekitar kita, terutama pada saat yang penuh berkah dan pada bulan yang agung dan berlimpah rahmat dan karunia ini.
Diantara yangg termasuk Muwasah adalah:
1. Mendoakan kaum muslimin. Doa saudara Muslim sangatlah diharapka oleh Muslim yang lain, baik yg masih hidup atau yang sudah meinggal, dan Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al-Hasyr:10)
2. Bersedekah dan mengerjakan kebaikan. Ada pesan dari ulama-ulama terdahulu bahwa,”Orang yg hidup utk dirinya sendiri tidak layak untuk dilahirkan.”
3. Bersilaturahmi.
4. Solidaritas dalam Perlawanan, yaitu kewajiban kaum Muslimin membela agama dan negaranya dan juga memperjuangkan nasib kaum atau bangsa yang mengalami penderitaan dan kesusahan; yang dilakukan dengan memberikan perhatian, bantuan dan uluran tangan. Allah berfirman:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui“. (At-Taubah:41)
Karena umat Islam seumpama satu jasad, jika satu anggota mengaduh rasa sakit seluruh tubuh akan merasa demam.
Bulan Ramadhan adalah bulan muwasah dalam arti peduli. Rasa peduli adalah ibarat batu bata untuk bangunan yang bernama kasih sayang. Tanpa adanya kepedulian tidak mungkin terdapat rasa kasih dan sayang pada seseorang. Adapun yang dimaksud dengan Kepedulian adalah kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain dan kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain serta menempatkan diri dalam keadaan orang lain (empati).
Bukanlah sikap peka yang dimaksud disini dalam arti sifat orang yang perhatiannya tertuju ke dalam atau kepada dirinya sehingga perasaannya mudah tersinggung, namun yang dimaksdu disini adalh sifat orang yang perhatiannya tertuju keluar, kepada orang lain, yang mudah merasa iba kepada orang lain.
Kepekaan dan kepedulian membuat orang melihat keluar dari dirinya, dan menyelami perasaan dan kebutuhan orang lain, lalu menanggapi dan melakukan perbuatan yang diperlukan untuk orang lain dan dunia di sekelilingnya.
Kepekaan dan kepedulian adalah nilai yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Pada nilai ini terkait banyak nilai lainnya, antara lain: kedisiplinan, kejujuran, kerendahan hati, cinta kasih, keramahan, kebaikan hati, kebijaksanaan, dan sebagainya. Kebahagiaan yang dialami seseorang sebagian besar adalah hasil kepekaan dan kepedulian orang tersebut terhadap perasaan, kesempatan, dan kebutuhan orang lain dan dunia di sekitarnya. Dan untuk dapat bersikap peka dan peduli dibutuhkan tingkat kematangan kepribadian tertentu. Dan Ibadah Puasa adalah merupakan sarana yang mujarab atau ampuh untuk memunculkan sikap peduli dan empati serta peka terhadap kondisi orang lain; baik tetangga, teman, sahabat, saudara dan orang yang lain yang seiman.
Karena itulah seorang muslim yang berpuasa harus memiliki sifat kepedulian terhadap sesama; orang yang kaya ikut peduli dan ikut merasakan akan kesusahan orang miskin, orang yang senang ikut peduli dan merasakan kepedihan orang yang susah, orang yang lapang ikut peduli dan merasakan orang yang sedang menderita kesempitan, orang yang negaranya merdeka ikut peduli dan merasakan kesengsaraan orang yang negara masih dijajah, dan orang yang kenyang ikut peduli dan merasakan kepedihan orang yang lapar. Itulah hikmat besar pada bulan Ramadhan bagi umat Islam, sehingga muncul dari dalam dirinya kepedulian antar sesama dan tergugah hatinya untuk memberi dan mengulurkan tanggannya untuk membantu dan memberi kesenangan dan kelapangan kepada mereka yang membutuhkan.
Dan kepedulian serta solidaritas ini tidak terbatas pada lintas lokal atau regional saja namun juga lintas negara dan benua. Karena itu, ketika sebagian umat Islam dihina dan ditindas; baik di Palestina, di Iraq, di Kahsmir, di Timur Eropa, di Mindanao, di Pattani dan di tempat-tempat lainnya; sepatutnya seluruh umat Islam dimana saja berada ikut merasakan kesengsaraan mereka. Seperti halnya yang dirasakan saat lapar, haus dan “kesengsaraan” pada Ramadhan yang mulia ini. Rasulullah saw ada bersabda :
مَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang tidak memiliki terhadap perkara (beban) umat Islam lainnya maka mereka bukan dari kalangan mereka”. (Thabrani)
Dan dari sifat peduli dan solidaritas yang dimiliki oleh seorang muslim adalah lahir sifat memberi dan berinfak, dengan memberi sebagian harta yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dan di beberapa tempat dalam Al-Quran SWT mengaitkan makna memberi dan menahan diri dari kikir (assyuhhu) dengan kemenangan dan keberuntungan, seperti Firman Allah:
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Barangsiapa yang mampu memelihara dirinya dari kekikiran maka termasuk orang-orang yang beruntung” (Al-Hasyr: 9)
Dan juga Firman Allah:
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ . إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
“Maka, bertaqwalah kepada Allah semampu kalian, dan dengarkan dan taatlah (kepada Allah) serta berinfaklah, karena itu lebih baik untuk jiwa kalian, dan Barangsiapa yang mampu memelihara dirinya dari kekikiran maka termasuk orang-orang yang beruntung. ika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun” (At-Taghabun:16-17)
Sementara, kebalikan dari itu Alah SWT juga menisbatkan sifat kekikiran dengan kebinasaan (attahlukah). Maksudnya bila ada sifat kikir atau menahan diri dari infak maka Allah SWT memberi isyarat bahwa umat Islam akan menghampiri kebinasaan.
Allah berfirman:
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan berinfaklah pada jalan Allah dan jangan kamu campakkan diri kamu dalam kebinasaan, dan hendaklah kamu berbuat kebajikan, sesungguhnya Allah menyayangi mereka yang berbuat kebajikan”. (Al-Baqoroh:195)
Karena Bulan Ramadhan adalah peduli dan solidaritas sehingga identik pula dengan bulan infak dan shadaqoh. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw sangat pemurah pada bulan Ramadhan sehingga disifatkan seperti angin yang terlepas. Oleh itu ambillah kesempatan pada bulan yang amalan dilipatgandakan pahalanya untuk berinfak khususnya pada hari sepuluh terakhir

Senin, 15 September 2008

UNTAIAN HIKMAH PUASA


Dari Abu Hurairah radhiallahu ?anhu, dia berkata: Rasulullah shollallahu ?alaihi wa sallam bersabda: ?Semua amalan anak Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat. Allah subhanahu wa ta?ala berfirman: ?Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Yang demikian itu karena dia meningalkan syahwat danmakannya karena Aku.? Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah dari bau misk. Dan puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antaramu berpuasa maka janganlah ia berbuat keji dan berkata-kata kotor. Jika seseorang mencelamu atau memerangimu, maka katakanlah kepadanya: Sesungguhnya aku seorang yang sedang berpuasa.? (Muttafaq ?alaihi


Betapa agung hadits inim, ia menyebutkan berbagai amalan secara umum, kemudian amalan puasa secara khusus dan menyebutkan keutamaan, kekhususan, pahala yang segera diperoleh dan pahala yang dijanjikan. Diterangkan pula hikmah dan maksud puasa, serta perbuatan utama apa saja yang harus dilakukan ketika seseorang berpuasa. Semuanya tercakup di dalam hadits ini.

Hadits ini menerangkan dasar umum, bahwa seluruh amal shalih ?berupa perkataan dan perbuatan, lahir dan batin, baik yang berkaitan dengan hak-hak Allah ataupun hak-hak para hamba- dilipatgandakan dari sepuluh kali hingga tujuh ratus kali, bahkan sampai tak terhingga. Semua ini menunjukkan keluasan karunia Allah, dan kebaikanNya terhadap para hamba yang beriman. Sedang satu pelanggaran dan penyimpangan dibalas dengan satu sanksi, sedangkan ampunan Allah di atas semua itu. Renungkanlah.

Paling sedikit, amal kebaikan dilipatgandakan mulai dari satu menjadi sepuluh. Kadang, amal tersebut dilebihkan lagi karena berbagai sebab. Misalnya, karena kekuatan iman yang beramal, dan kesempurnaan keikhlasannya. Semakin kuat iman dan ikhlas seorang yang beramal, maka pahala amalannya semakin dilipatgandakan.

Pelipatgandaan juga bisa terjadi jika amalan itu mempunyai kedudukan yang agung, seperti memberi nafkah untuk berjihad dan mencari ilmu, membuat proyek keagamaan yang bersifat umum, dan amalan-amalan yang butuh banyak curahan kebaikan, kekuatan dan pembelaan guna menghadapi tantangan. Contoh lagi, seperti dalam sabda beliau shollallahu ?alaihi wa sallam tentang orang-orang yang terjebak di dalam gua, kisah orang pelacur yang memberi minum kepada seekor anjing sehingga Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya. Juga seperti amalan yang membuahkan banyak amalan lain, di mana amalan itu lantas ditiru oleh banyak orang atau banyak orang yang bergabung dalam amalnya. Atau seperti pula ketika membela diri dari bahaya yang besar, atau dalam rangka mencapai kebaikan bersama. Bisa juga pelipatgandaanterjadi karena kautamaan waktu pengamalan, tempat pengamalan, atau orang yang beramal di jalan Allah.

Kamis, 11 September 2008

HAMBA YANG BERSUJUD

Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezki yang kami berikan.”Q.S. al-Sajdah/32: 15-16.Sesungguhnya seluruh makhluk Allah itu tunduk dan takluk kepada kekuasaan Allah. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk Allah lainnya pasti takluk dan tunduk pada aturan-aturan dan sunnah-sunnah yang dibuat-Nya. Bahkan orang yang mencoba melawan Allah bahkan mengingkari kekuasaan-Nya, pada akhirnya takluk dan tunduk pada kekuasaan-Nya. Dia tidak bisa menolak ketika Allah menghendakinya jatuh bangkrut, menderita sakit, mendapat berbagai musibah, bahkan melawan kematian. Hanya saja ada segolongan manusia yang tunduk kepada Allah karena kepatuhan (thaw’an), dan ada yang tunduk kepada-Nya karena keterpaksaan (karhan). Allah berfirman: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan” (Q.S. Ali Imrân/3: 83. Juga firman-Nya: “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (Q.S. al-Ra’d/12: 15). Persoalannya kemudian adalah apakah kita tunduk, dan takluk kepada Allah karena kepatuhan, ataukah karena keterpaksaan. Yang pertama itulah hakekat seorang muslim, seorang yang dengan kepatuhannya menyerahkan dirinya hanya kepada Allah. Sedangkan yang kedua, itulah hakekat seorang kafir yang tunduk karena terpaksa, hendak menentang Allah tapi sia-sia belaka.Di dalam al-Quran, kata-kata ketundukan setidaknya disebutkan dalam lima bentuk kata-kata, yaitu: al-islâm (tunduk pasrah) disebutkan dalam al-Quran dengan berbagai bentuk jadiannya sebanyak 133 kali, al-thâ’ah (tunduk setia) disebutkan dalam al-Quran dengan berbagai bentuk jadiannya sebanyak 129 kali, al-sujûd (tunduk merendah) disebutkan dalam al-Quran dengan berbagai bentuk jadiannya sebanyak 80 kali, al-khusyû’ (tunduk penuh konsentrasi) disebutkan dalam al-Quran dengan berbagai bentuk jadiannya sebanyak 17 kali, dan al-khudhû’ (tunduk patuh) disebutkan dua kali.Seseorang yang telah menundukkan diri kepada Allah dengan menyerahkan dirinya kepada Allah (yuslim wajhahu ila Allah), adalah orang yang telah berpegang teguh kepada ikatan yang kuat (al-urwah al-wuthqa) (Q.S. Luqman/31: 22). Ikatan itu adalah ikatan aqidah, ikatan iman. Hidupnya diikatkan dengan keyakinan yang kuat kepada Allah Yang Menciptakan dan Yang Memeliharanya. Sehingga oleh karenanya dia akan memiliki pendirian yang teguh, prinsip yang kuat dalam menjalani roda kehidupan, dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai godaan-godaan duniawi yang memesonakan.Orang yang tunduk sujud itu dialah yang sanggup untuk selalu bertaubat atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, selalu berupaya untuk menjalankan hidup dalam pengabdian kepada Allah, pandai bertasbih kepada-Nya, ruku’ dan sujud dilakukan dengan ketulusan tiada henti, menjalankan tugas dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar, serta memelihara dan menerapkan Syari’ah Allah (Q.S. al-Taubah/9: 18). Oleh karenanya dialah orang yang mempunyai kemampuan untuk selalu berdzikir kepada Allah dengan membaca ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah, baik al-ayat al-Qur’aniyah (ayat-ayat al-Quran), maupun al-ayat al-kauniyyah (tanda-tanda alam ciptaan-Nya). Dia selalu mengadakan kontemplasi, perenungan, dan tadabbur, dengan cara khusyu’ dalam shalat, dzikir, dan doa, selalu dalam al-khauf dan raja’ (khawatir amalannya tidak diterima dan mendapat murka dari Allah, serta penuh pengharapan akan ridha dan kasih sayang-Nya). Selain itu seorang muslim yang selalu tunduk bersujud itu berupaya selalu berbagi (al-infaq) dari nikmat, rizki, karunia yang diberikan Allah kepadaNya; maka dia tidak malas untuk menjalankan perintah zakat, anjuran shadaqah, wakaf, dan membagi yang dimiliki.Semoga kita dapat menjadi hamba Allah yang terus tunduk patuh karena kesetiaan dan bukan karena terpaksa, dengan terus berusaha membaca tanda kekuasan Allah, selalu mengadakan kontemplasi dan perenungan, serta pandai berbagi kepada sesama. Dengan cara itulah kita menjadi hamba Allah yang dicintai, hambanya yang selalu dalam al-islam, al-tha’ah, al-sujud, al-khusyu’, dan al-khudhu’. Semoga.Wallahu a’lam bi al-shawab.

IBADAH NABI


Surabaya - Tiga orang sahabat datang menghampiri Rasulullah SAW. Mereka bertanya bagaimana cara Rasulullah beribadah. Dengan senang hati Rasulullah menceritakan bagaimana cara beliau beribadah. Sepulang menghadap Nabi, ketiga sahabat ini punya kesimpulan masing-masing dalam benak mereka. Kesimpulan itu berangkat dari fakta bahwa Nabi saja yang dosa-dosanya -baik yang akan datang maupun yang telah lalu- sudah diampuni Allah tetap menjalani ibadah dengan tekun, apatah lagi mereka yang hanya ummat biasa.Sahabat pertama memutuskan untuk berpuasa terus dan tidak akan berbuka. Sahabat ke dua memilih melakukan shalat malam terus menerus tanpa tidur barang sejenak. Sahabat terakhir memutuskan berselibat: menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya. Dengan cara-cara itu, mereka berkeyakinan Allah akan menerima ibadah mereka sebagai amal shaleh. Terperanjat Rasulullah demi berita mengenai tata cara ibadah ketiga orang sahabat itu sampai kepada beliau. Maka Nabi pun mengundang ketiganya untuk berbincang-bincang. “Kaliankah bertiga yang mengatakan hal-hal itu? Puasa tidak berbuka, shalat malam tanpa tidur, dan menjauhi wanita tidak nikah-nikah?” tanya Rasulullah. “Benar ya Nabi Allah. Semua itu kami lakukan agar kami menjadi orang yang bertakwa,” jawab tetamu Nabi.Rasulullah pun berkata, “Aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan aku adalah orang yang paling bertakwa kepadaNya. Aku puasa dan aku buka, aku shalat malam dan aku tidur, aku pun menikahi wanita-wanita. Barang siapa tidak mengikuti sunahku, maka mereka tidak termasuk golonganku”.Islam adalah agama fitrah. Kita memang diwajibkan menjalani ibadah, namun dalam beribadah tidak boleh ghulug, alias berlebih-lebihan. Segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan tentu saja melanggar kepatutan, bahkan bisa berujung pada kategori melakukan suatu perbuatan tidak pada tempatnya. Di dalam kitab tafsir Al Mishbah, Prof. Dr. Quraish Shihab mendefinisikan kata dzalim sebagai meletakkan sesuatu (pikiran, kata-kata, perbuatan) tidak pada tempatnya (tidak sepantasnya). Setiap komponen kehidupan, setiap organ di tubuh kita, punya tugas dan haknya masing-masing. Kita tidak boleh memperlakukannya secara dzalim. Mata punya hak untuk terpejam, perut juga punya hak diisi makanan. Semua telah diatur oleh Allah sedemikian rupa hingga berjalan serasi dan seimbang. Demikian juga dalam kita mengelola rizki. Kita diwajibkan bersedekah, namun hendaknya tetap dalam koridor kepantasan. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Apabila engkau mempunyai uang 4 dinar, kemudian satu dinar engkau infaqkan di jalan Allah (dinarun anfaqta fisabilillah), dan satu dinar kau gunakan untuk memerdekakan seorang budak (dinarun anfaqta firakabatin), dan satu dinar engkau berikan kepada orang miskin (dinarun tasadaqku ala miskin), lalu sisa yang satu dinar engkau berikan kepada keluargamu (dinarun anfaqta fialika), maka azohumma adzron yang paling besar pahalanya di mata Allah adalah satu dinar yang dipakai untuk menafkahi keluarga.” Dinarun faqtahu fiahlika, kalau kita punya rezeki 4 dinar tidak usah semuanya disedekahkan, sebab di dalamnya terdapat hak keluarga kita yang juga utama di mata Allah. Sebaliknya, kalau empat dinar itu tidak kita sedekahkan sebagian di antaranya, maka nafkah yang kita berikan kepada keluarga tidak memiliki keutamaan. Bahkan bisa jadi kita menafkahi keluarga dari rizki yang haram disebabkan hak orang lain (kaum dhuafa) di dalamnya tidak kita keluarkan lebih dahulu.Subhanallah, betapa mulianya agama yang mengajarkan keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan. Tapi bila kita tidak paham konteksnya, ini bisa jadi kacau balau. Seperti suasana di bulan Ramadhan ini, masjid-masjid dan mushola-mushola penuh sesak. Tapi bukan penuh sesak dengan orang-orang yang berlomba-lomba mencari kebaikan dengan beribadah, memperbanyak dzikir, tapi disesaki orang yang mencari tempat teduh dan nyaman untuk tidur. Ini sudah menjadi pemandangan yang rutin setiap bulan Ramadhan tiba.Memang Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa yang berdzikir lalu tertidur, dan kemudan dia berdzikir dalam tidurnya, maka tidurnya ibarat dzikir”. Juga, “Tidurnya orang yang sedang berpuasa adalah ibadah.”Kalau kita memahami konteksnya dengan benar, kita akan dapati bahwa selama menjalani ibadah puasa Ramadhan, kita tidak boleh memforsir habis-habisan seluruh waktu dan tenaga untuk beribadah. Memang kita dianjurkan memperbanyak ibadah pada malam hari, mulai dari membaca Al-Quran, shalat malam, dzikir, dan sebagainya. Tetapi tetap saja hak mata dan anggota tubuh lain untuk beristirahat (sehingga terjadi proses metabolisme yang baik dan berujung pada terjaganya kesehatan) harus terpenuhi. Bahkan, karena mulianya Ramadhan, tidur yang (jika dilakukan) pada bulan-bulan lain hanya diganjar kesegaran tubuh setelah bangun, pada bulan ramadhan tidur pun dapat pahala!Nah, agar tidak berlaku dzalim, maka urusan memperbanyak ibadah dan memenuhi hak-hak itu harus dijalankan seiring, dilakukan pada porsi yang tepat. Tidak pada tempatnya kalau selama berpuasa kita tidur melulu dengan dalih tidurnya orang puasa adalah ibadah. Juga tidak pada tempatnya kalau kita begadang terus sepanjang malam untuk menjalani aneka ibadah lalu esoknya dipakai sebagai alasan bermalas-malasan dalam bekerja.Yang paling tepat, perbanyaklah ibadah malam dan beristirahatlah secukupnya. Bukankah saat berbuka puasa, setelah seharian menahan lapar dan haus, kita juga dibenturkan pada kenyataan bahwa sebenarnya kebutuhan kita akan makanan dan minuman tidak sebanyak yang kita perkirakan? Kalau urusan dunia ini kita penuhi secukupnya (tidak berlebih-lebihan seperti biasanya), otomatis kita punya ruang dan waktu lebih banyak untuk beribadah. Begitulah cara Rasulullah SAW beribadah, penuh dengan keseimbangan.Mudah-mudahan di bulan Ramadhan ini kita bisa meningkatkan produktifitas dalam pekerjaan sehari-hari sekaligus juga meningkatkan produktifitas ibadah kita kepada Allah SWT. Amien Ya Rabbal Alamin.


Rabu, 03 September 2008

HIKMAH PUASA BAGI KESEHATAN


03.11.2006 20:15 WIB
Index Artikel
Hikmah Puasa Bagi Kesehatan
Halaman 2
Halaman 1 dari 2Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa, yang mensyaratkan pelakunya untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani pelakunya.
Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik untuk kesehatan, karena overnutrisi dapat mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif, seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis, dan lain-lain.
Pengaruh mekanisme puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek, diantaranya yaitu :
1. Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan
Pada hari-hari ketika tidak sedang berpuasa, alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras, oleh karena itu sudah sepantasnya alat pencernaan diberi istirahat.
2. membersihkan tubuh dari racun & kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi detoksifikasi yang paling tua.

3. Dengan puasa, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksidan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
4. menambah jumlah sel darah putih sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
5. menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh
6. memblokir makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker,
7. mendorong terjadinya pergantian sel-sel tubuh yang rusak dengan yamng baru (peremajaan)
8. meningkatkan daya serap makanan,
9. memperbaiki fungsi hormon & meningkatkan fungsi organ tubuh.

Ibadah puasa mengandung banyak hikmah, salah satu hikmah puasa yaitu dapat membantu usaha terhadap pencegahan dan penyembuhan penyakit, antara lain yaitu :
1. menurunkan kolesterol dan trigliserida tinggi,
2. menurunkan berat badan dan mencegah obesitas (kegemukan),
3. mengurangi risiko kencing manis (diabetes mellitus) tipe II
4. menurunkan tekanan darah tinggi,
5. mencegah pengerasan pembuluh darah,
6. mencegah gangguan jantung dan stroke
7. pada umumnya maag yang fungsional akan membaik karena puasa
8. meningkatkan kuantitas dan kualitas sperma


Makanan Sehat untuk BerpuasaDisunahkan agar berbuka puasa diawali dengan makan buah kurma, atau dengan buah-buahan dan minuman yang manis seperti madu. Ajaran ini mengandung makna kesehatan karena buah-buahan dan minuman yang manis merupakan bahan bakar siap pakai yang dapat segera diserap oleh tubuh untuk memulihkan tenaga setelah seharian tubuh tidak disuplai oleh makanan dan minuman. Glukosa yang terkandung di dalam buah-buahan dan minuman yang manis merupakan sumber energi utama yang dapat menggerakkan susunan saraf pusat. Glukosa efektif dibutuhkan ketika tubuh memerlukan masukan energi yang diperlukannya. Namun pada penderita kencing manis (diabetes mellitus) harus berhati-hati, jangan mengkonsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan. Penderita kencing manis harus menghindarkan kadar glukosa darah terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah.Seperti halnya sarapan, sahur amat perlu untuk mengimbangi zat gizi yang tak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Anjuran sahur bukan semata-mata untuk mendapatkan tenaga yang prima selama menunaikan ibadah puasa, melainkan juga mengandung makna bahwa puasa perlu persiapan agar selama berpuasa produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sebaiknya makanan untuk sahur dipilih yang mengandung serat dan berkuah seperti sayur dan buah-buahan karena dapat mengurangi rasa lapar dan haus.Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh. Pada beberapa orang, pada saat puasa mempunyai keluhan seperti merasa lemas dan lesu atau stamina menurun, juga gangguan pencernaan. Beberapa bahan pangan tertentu dapat digunakan untuk mengantisipasi keluhan pada saat berpuasa. Berikut beberapa bahan atau makanan dan minuman sehat untuk berpuasa agar tetap fit, sehat dan segar.

1.MaduKhasiat : meningkatkan stamina dan mempertahankan stabilitas tubuh agar tetap segar, mencegah gangguan pencernaan, melancarkan metabolisme.

2.Kurma Khasiat : meningkatkan stamina dan energi, mencegah dan mengatasi anemia, lelah, melancarkan pembuangan.

3.Akar Alang-Alang (Imperata cyllindrica)Khasiat: menghilangkan haus, melancarkan kemih, mengatasi radang dan batu ginjal, hipertensi, dan lain-lain

4.Rambut dan Tongkol Jagung (Zea mays)Khasiat : melancarkan kemih, mencegah dan mengatasi batu ginjal, hipertensi, kolesterol tinggi, kencing manis, dll.

5.KismisKhasiat : meningkatkan stamina, mencegah lemas dan kurang darah

6.Semangka dan Kulitnya (Citrullus vulgaris)Khasiat : menghilangkan haus, melancarkan kemih, radang ginjal, prostat.

7.Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir.)Khasiat: perut kembung, peluruh kentut, masuk angin, gangguan lambung.

8.Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza)Khasiat : meningkatkan stamina, perut kembung, peluruh kentut, mengatasi masuk angin, gangguan lambung dan pencernaan.

9.Kencur (Kaempferia galanga)Khasiat : meningkatkan stamina, mengatasi masuk angin, gangguan lambung dan pencernaan seperti kembung, mual, muntah, dan lain-lain.

10.Kunyit (Curcuma longa)Khasiat : meningkatkan vital energi, mengatasi radang lambung dan gangguan pencernaan (kembung & begah, mual).

11.Jahe (Zingiber officinale) Khasiat : meningkatkan stamina, mengatasi kembung, masuk angin, pusing, mual dan mencegah muntah

12.Kapulaga (Amomum cardamomum)Khasiat : mengatasi perut kembung dan sebah, mual, muntah

13.Cengkeh (Eugenia aromatica)Khasiat : mengatasi muntah karena lambung dingin, mual, kembung

14.Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)Khasiat : mengatasi radang lambung, mual, muntah, kembung.
Sumber: hembing